Selasa, 07 Desember 2010

10 Tips Memilih Ikan Discus

Ikan discus sebagai rajanya ikan air tawar menarik banyak akuaris maupun orang awam untuk memeliharanya. Selain bentuk, warna, dan coraknya yang menarik, harganya yang mahalpun menjadi salah satu daya tarik untuk memeliharanya. Namun memelihara terutama untuk memilih calon bibit yang baik tidak semudah membalikkan telapak tangan.

Untuk mendapatkan discus yang baik tentulah harus mendapatkan bibit yang baik. Oleh karena itu seorang hobies terutama pemula harus jeli dalam memilih ikan. Kesulitan terbesar yang dihadapi oleh pemula adalah kurangnya pengetahuan mengenai kualitas discus yang baik. Banyaknya jenis discus, terutama nama-nama yang berlainan untuk satu jenis discus ikut membuat pemula ini semakin bingung.

Berikut tips untuk memilih discus yang baik, diantaranya;
1. Warna kulit yang cerah, tidak berselaput ataupun mengeluarkan lendir yang berlebihan. Warna kulit yang mengkilap/hitam menandakan kondisi discus yang tidak sehat. Garis hitam vertical/stress bar yang sangat menyolok/tegas menandakan discus dalam kondisi stress yang berat. Jumlah garis ini berbeda-beda menurut varian ikan. Biasanya berjumlah antara 7-18 bar. Stress bar ini tidak menentukan sakit tidaknya seekor discus, tetapi sebagai parameter kondisi discus akibat kaget, atau kondisi lingkungan yang tidak cocok bagi discus. Banyak jenis discus yang menunjukkan stress-bar nya dengan jelas.

2. Sisik pada ikan yang bersih dan tidak terkelupas, tidak berbintik putih dan berlendir terlalu banyak. Sirip ikan haruslah terlihat bersih dan lengkap. Sirip yang sobek, rusak, berjamur menandakan ikan tidak sehat. Biasanya pada sirip ikan sering terserang fin rot. Sirip yang tidak cacat dan seimbang akan membuat bentuk discus bulat dan indah dipandang.

3. Warna mata yang bening, tidak berselaput ataupun berbintik putih. Bola mata yang tidak terlalu mencolok keluar seperti ban radial. Mata demikian disebut pop eye yang disebabkan kondisi air yang jelek, dan ikan terjangkit intestinal bakteri. Ukuran mata yang terlalu besar pada ikan yang berukuran kecil menandakan ikan tersebut terhambat pertumbuhannya atau biasa disebut bantet/ kontet. Selain itu mata yang hitam dapat diakibatkan oleh penyakit internal dan terlalu lama terkena kontaminasi obat-obatan dalam jangka lama

4. Bentuk tubuh ikan discus yang ideal, tidak kurus yang nampak dari ketebalan dahi/ jidat discus. Discus yang tidak cacat fisik, biasanya terlihat dari depan/ muka dimana sisi kiri dan kanan terlihat sama. Mulut ataupun bagian tubuh lainnya tidak ada yang lebih ke kiri/ ke kanan.

5. Cara bernafas yang berirama teratur, dimana kedua insang membuka dan menutup bersamaan, tanpa ada yang lebih besar membukaya ataupun bernafas hanya dengan satu insang. Biasanya ikan yang bernafas dengan satu insang terjangkit Gill Fluke Dactylogyrus atau kutu insang. Tutup insang rata menutupi insang, tidak pendek dan tidak menganga terbuka. Juga harus diperhatikan nafas yang snagat cepat, yang dapat disebabkan oleh kekurangan oksigen naum dalam jangka panjang akan merusak fungsi insang

6. Discus yang sehat umumnya tidak takut terhadap manusia yang melihatnya. Discus yang baik dan sehat biasanya akan segera mendekat dengan cepat, mengira akan diberi makan. Selain itu discus yang sehat umumnya tidak menyendiri, tertapi berbaur dengan teman-temannya.

7. Umumnya discus yang sehat, gaya berenangnya tenang, tidak tersendat-sendat. Discus yang suka menggesekkan bagian tubuhnya ke alat-alat atau benda sekitarnya, umumnya terserang parasit. Hal ini mungkin karena rasa gatal yang ditimbulkan akibat gigitan kutu ataupun jamur/ bakteri pada kulit maupun insang. Discus yang sehat umumnya berenang dengan tenang, dasi/pectoral fin – sirip depan bawah perut diturunkan sehingga terlihat gagah pada saat berenang.

8. Jangan mudah tertipu dengan warna. Warna merah membara pada mata dan warna yang menyolok, terutama pada discus kecil & remaja (antara 2-3 inci), bukan jaminan untuk mendapatkan discus yang baik. Pada saat ini ada sebagian kalangan yang menggunakan hormon untuk memaksakan keluarnya warna ikan, yang bertujuan untuk memudahkan penjualan dan meningkatkan daya tarik ikan. Warna ini tidak akan bertahan lama (kurang lebih 2 minggu – 1 bulan). Pemakaian hormon dapat mengakibatkan gagalnya pemijahan atau anakan yang dihasilkan sedikit dan biasanya tidak sehat.

9. Batik atau pattern ikan biasanya akan timbul mulai 2 inci ke atas dan bertahap. Berhati-hatilah jika membeli discus yang sudah keluar batik sejak ukuran kecil, karena kemungkinan adanya pemberian hormon untuk mengeluarkan batik ini agar terlihat indah. Adalah wajar batik yang keluar hanya setengah atau kurang pada ukuran 2 inci, namun terkadang kualitas discus yang rendah mengakibatkan batiknya tidak keluar secara sempurna hingga full satu badan.

10. Usahakan membeli ikan paling tidak ukuran 2 inci, karena pada ukuran inilah ciri-ciri ikan sehat dan baik dapat dilihat dibandingkan ukuran yang lebih kecil. Hindari untuk membeli burayak walaupun harganya murah, terutama jika anda seorang pemula. Jangan tergiur dengan keuntungan karena memelihara burayak tidak mudah.
Selain tips di atas, yang harus diterima oleh pemula adalah cacat fisik seperti mata besar sebelah, pertumbuhan fin tidak sempurna, dahi menonjol, bagian kepala meruncing dll. Kemudian yang terpenting adalah lakukan adaptasi secara perlahan sesudah tiba dirumah dan lakukan karantina pada setiap ikan yang dibeli.

Referensi: www.worlddiscus.blogspot.com

Selasa, 03 Agustus 2010

Membumikan Islam Rahmatan Lil’alamin

06-April-2007
Buletin No. 174
Oleh: Ust. Arifin Ilham

“Sesungguhnya telah ada pada diri Rasulullah itu suri tauladan yang baik bagimu yaitu bagi orang-orang yang mengharap rahmat Allah dan kedatangan Hari Kiamat dan dia banyak menyebut Allah,” (QS al-Anfal [33]: 21).
Kemajemukan suatu bangsa seringkali menjadi pemicu konflik, baik antar suku, budaya, maupun agama. Mayoritas umat manusia belum terbiasa hidup rukun dalam perbedaan. Klaim kebenaran dan perasaan superior dari suku, budaya, dan agama yang berbeda menjadi penyebab intoleransi hidup. Bahkan satu sama lain cenderung ingin saling mendominasi. Latar belakang yang berbeda, tak jarang menciptakan disharmoni dalam kehidupan berbangsa dan bermasyarakat. Sikap anarkis yang dipertontonkan sebagian kelompok Islam menunjukkan dangkalnya akidah mereka. Karena akidah yang murni dan kuat akan membuahkan ibadah yang khusyuk, akhlak yang mulia, dan menjadi modal dakwah yang luar biasa. Akidah yang murni dan kuat juga akan melahirkan sikap toleran atas perbedaan yang merupakan sunnatullah.
Agama Islam mengajarkan kita untuk menghargai perbedaan. Hal ini akan melahirkan sikap toleran (tasamuh) yang pada akhirnya akan menciptakan manusia-manusia yang beradab. Dalam konteks ini, menciptakan terwujudnya masyarakat yang berdadab adalah bagian dari jihad. Karena itu, penyempitan makna jihad hanya pada perjuangan fisik dan angkat senjata tidaklah tepat. Lebih dari itu, tingkatan jihad yang tertinggi bukanlah perjuangan fisik atau angkat senjata, melainkan jihad melawan hawa nafsu. Hal ini terungkap dalam sabda Nabi Muhammad Saw sepulang dari Perang Badar.
Kemiskinan dan Kebodohan Umat
Umat Islam saat ini terkungkung dalam kemiskinan dan kebodohan. Dua penyakit kronis ini hendaknya menjadi prioritas perjuangan para ulama, tokoh Islam, dan pemimpin umat. Karena itu, menyiapkan SDM yang berkualitas, baik melalui jalur pendidikan dan dakwah, harus dilakukan serta meningkatkan kualitas keagamaan umat. Hal yang harus kita sadari, keterbelakangan umat Islam saat ini disebabkan karena mereka jauh dari sumber ajaran mereka, yakni Al-Qur’an dan hadits. Karena itu, kunci sukses umat adalah selalu berpedoman dan berpegang teguh pada keduanya. Selain itu, para ulama, tokoh, dan pemimpin umat harus memasarkan agama Islam sebagaimana memasarkan agama Islam yang dibawa Nabi kita Muhammad Saw., seperti beragama dengan cerdas dan beramal dengan ikhlas.
Sebagian kelompok Islam meyakini bahwa keterpurukan yang diderita umat saat ini disebabkan atau direkayasa oleh setan (sebuah kekuatan), di mana mereka datang dan menyusup dari segala penjuru dan dengan segala cara. Hal ini sudah dijelaskan Allah bahwa mereka itu datang dari depan, belakang, atas, bawah, kanan dan kiri. Hal ini merupakan suatu keniscayaan. Tapi ada hal yang tidak perlu kita lupakan, yaitu introspeksi. Dengan introspeksi kita akan menyadari bahwa keterpurukan umat saat ini tidak semata-mata disebabkan faktor luar, tapi juga bersumber dari dalam. Ketidakacuhan kita dalam belajar, misalnya, adalah salah satu sebab kemunduran umat.
Hal lain yang mesti kita ingat, ada jaminan kepada orang-orang yang beriman berupa penjagaan dan orang beriman akan diberikan kemenangan disebabkan ia dekat dengan Allah. Ada dua jalan keluar agar umat Islam terbebas dari keterpurukannya. Pertama, memiliki quwwat ar-ruh (kekuatan jiwa) yang sering disebut dengan kekuatan rohani. Kedua, memiliki quwwat al-jasad (kekuatan fisik). Kekuatan jiwa terbagi menjadi dua, yakni kekuatan iman dan kekuatan ilmu. Sementara kekuatan fisik itu di dalamnya ada sosial politik, ekonomi, budaya, dan militer. Dengan memiliki kekuatan ini, umat Islam menghadapi kekuatan luar yang berusaha menzalimi umat serta mampu mengembangkan diri. Dua kekuatan ini hanya akan bisa direngkuh jika pendidikan ditubuh umat berjalan dengan efektif.
Kita semua sadar akan keterpurukan yang yang diderita oleh umat Islam saat ini diseluruh penjuru dunia, sayangnya para ulama, tokoh, pemimpin belum mampu merapatkan barisan untuk berjihad memerangi kebodohan dan kemiskinan itu. Kita juga belum bisa menyatukan kekuatan “lahir” dan “batin” dalam perjuangan itu. Kita hanyut dalam firqah-firqah dan cenderung menyalahkan kelompok di luar kita. Menganggap kelompok sendiri paling benar dan kelompok lain salah adalah virus yang meluluh-lantakkan ukhuwah islamiyah. Kelompok yang memperjuangkan kemajuan umat lewat jalur politik, pendidikan, dan dakwah hendaknya bergandengan tangan. Bukan saling mendiskreditkan, apalagi menyatakan kelompok lain sebagai Muslim tidak kaffah (sempurna).
Ada hal yang lain yang harus kita renungi dan perbaiki, kita hanyut dalam keasyikan ibadah (shalat, puasa, haji, dan zakat) atau zikir, tapi maksiat jalan terus. Shalat yang dinyatakan dalam Allah Swt Al-Qur’an bisa mencegah perbuatan keji dan munkar (QS al-‘Ankabut [29]: 45), ternyata tidak membekas dalam diri kita. Sejatinya ketakwaan atau kesalehan tidak berjalan bersamaan dengan kemunkaran. Tapi kita melihat sebaliknya. Acara-acara keagamaan semakin semarak, tapi kemaksiatan juga makin marak. Memang agak aneh, tapi itulah realitas yang kita alami. Apakah ini yang menyebabkan bangsa ini ditimpa pelbagai musibah? Mari kita bertafakur dan berintrospeksi diri.
Islam Agama Rahmatan Lil’alamin
Dalam Al-Qur’an dinyatakan bahwa Nabi Muhammad Saw diutus sebagai rahmat bagi semesta alam (QS al-Anbiya’ [21]: 107). Sejarah mencatat dengan tinta emas bahwa perang yang dilakukan oleh umat Islam jauh lebih elegan dari perang yang dilakukan oleh bangsa-bangsa Barat. Umat Islam masa lalu mampu membuktikan kepada dunia bahwa Islam adalah agama rahmat. Tapi saat ini, wajah rahmat Islam babak-belur akibat ulah segelintir kelompok Islam yang melakukan aksi-aksi kekerasan dan terorisme atas nama jihad. Akibatnya, makna suci jihad tercemari lalu diidentikkan dengan terorisme oleh masyarakat Barat.
Mereka itu tidak melihat wajah Islam yang sebenarnya, dan dunia Barat sepertinya memelihara penilaian tersebut. Hal ini lahir dari keyakinan mereka bahwa Islam “tidak benar”. Sedangkan menurut kita (umat Islam), Islam adalah agama salam, rahmatan lil alamin. Oleh sebab itu, kita harus membuktikan bahwa kita cinta damai. Jihad bukanlah aksi terorisme, tapi segala perbuatan guna membumikan ajaran Ilahi di muka bumi dengan cara-cara yang diridhai-Nya. Jihad dalam arti perang hanya dipakai jika diserang atau diganggu, misalnya mempertahankan/membela diri dan kehormatan seperti di Palestina.
Umat Islam saat ini masih belum sepenuhnya mampu menunjukkan Islam rahmatan lil alamin. Umat masih jauh dari perilaku dan akhlak Islami. Artinya, banyak umat Islam yang belum “Islam”. Masjid banyak, tapi yang shalat berjamaah sedikit. Umat Islam juga memiliki kelemahan di berbagai lini kehidupan. Kemiskinan dan kebodohan menjadikan kita sebagai umat yang lemah dan inilah yang menjadi musuh kita. Marilah kita maknai jihad untuk membangun tatanan ekonomi yang Islami. Jihad kita pakai untuk bersungguh-sungguh memerangi kebodohan dan kemiskinan, jihad memerangi kekufuran yang ada pada diri kita, keluarga, lingkungan, dan jagad raya ini.
Wallahu a’lamu bis shawab.
Sumber: Diolah dari wawancara CMM (Yulmedia) dengan Ust. Arifin Ilham, Pengasuh Majelis Zikir Az-Zikra
http://www.cmm.or.id/cmm-ind_more.php?id=A4149_0_3_0_M